Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 384 halaman
Terbit : Agustus 2011
Rating : 4/5
Walaupun belum lama mengenal Garda, Dimi yakin perkawinannya dengan lelaki itu akan berjalan baik. Dan Garda memang tampil layaknya suami idaman. Baik hati, penuh perhatian, keren, romantis, dan selalu memenuhi segala kebutuhannya, lahir-batin. Padahal mereka berdua menikah karena perjodohan cara kilat. Dimi merasa beruntung menjadi Cinderella abad ini.
Tapi kemunculan Donna yang tiba-tiba sungguh telah menjungkir-balikkan harapan dan mimpi-mimpi Dimi. Ternyata model jelita itu pacar Garda. Dimi baru sadar, Garda tak pernah memperkenalkan dirinya ke lingkungan lelaki itu. Garda juga tak pernah menuntut macam-macam dari dirinya sebagai istri. Bahkan Garda tak pernah melarang aktivitas apa pun yang dilakukan Dimi. Dimi jadi berpikir: cintakah lelaki itu kepadanya?
Kalau Garda tak pernah bisa mencintai dirinya, lalu untuk apa cowok itu menerima perjodohan yang ditawarkan orangtua masing-masing? Toh dia tampan, kaya, sukses... sehingga dengan mudah mendapatkan perempuan mana pun.
Sinopsis :
Garda, 31 tahun, merupakan cowok idaman bagi semua perempuan. Gimana enggak, dari segi penampilan Garda adalah sosok sempurna : ganteng, tajir, dewasa, romantis, perngertian, tapi sayangnya playboy! Saking playboy-nya, Garda berulang kali pacaran dengan anak kolega perusahaan, anak rekan bisnis perusahaan, anak kesayangan klien perusahaan, dll. Kalo pun bukan dari kalangan yang tadi disebutkan, pacar Garda pasti berkisar dari dunia model. Pokoknya biar pun Garda suka gonta-ganti cewek, tapi pacar Garda pasti setipe. Cantik, modis, high class, dan berpenampilan menawan! Imbasnya, papa Garda selalu dibuat malu karena tiap kali Garda putus, orangtua si cewek pasti lapor ke papa Garda sekaligus memohon agar Garda mau kembali kepada anaknya. Ya ampuuuun!
Papa Garda yang udah nggak tahan dengan kelakuan Garda, berniat menjodohkan Garda dengan puteri sahabat lamanya. Jelas Garda menolak perjodohan tersebut. Masih jaman ya jodoh-jodohan? Apalagi penampilan calon istrinya, Dimi, sangat jauh dengan mantan-mantannya. Dimi bukan cewek modis, Dimi hanyalah cewek biasa. Bahkan menurut Garda penampilan Dimi lebih mirip ABG yang masih sekolah. Tapi karena ambisinya menjadi direktur utama di perusahaan papa-nya, Garda akhirnya setuju dengan perjodohan tersebut. Baginya, menerima perjodohan ini sama dengan memperkecil kemungkinan adiknya, Rio, merebut posisi yang selama ini diimpikan Garda. Terlebih papa Garda ternyata sangat menyukai Dimi dan keinginan mama Garda yang ingin segera menggendong cucu. Artinya kesempatan menjadi direktur terbuka lebar jika Garda menuruti keinginan orangtuanya.
Dimi, 23 tahun, bekerja di salah satu majalah yang mengulas tumbuh-tumbuhan dan binatang. Sangat menyukai alam beserta isinya bahkan di waktu senggangnya Dimi sering membuat film dokumenter bersama teman-temannya. Hidup Dimi yang awalnya biasa-biasa aja dibuat terguncang sejak kedatangan keluarga sahabat Ayahnya yang berniat menjodohkannya dengan Garda, putera sulung dari keluarga tersebut. Dimi sempat ragu dengan perjodohan ini. Mana mungkin Garda--yang penampilannya nyaris sempurna--setuju dijodohkan dirinya yang biasa saja? Jelas ada sesuatu dibalik semua ini. Namun Dimi segera menepis semua kecurigaannya saat melihat orangtuanya yang mulai menyukai sosok Garda. Dimi akhirnya setuju dengan perjodohan ini. Dan singkat cerita, Garda dan Dimi resmi menikah!
Awalnya Dimi merasa bahagia hidup bersama Garda. Garda sangat pengertian terhadap dirinya. Bahkan Dimi diberikan kebebasan melakukan aktivitasnya seperti dulu, saat Dimi belum menjadi istri Garda. Namun semua itu berubah ketika Donna muncul di apartemen Garda dan mengaku-ngaku sebagai pacar Garda. Bahkan Donna mengatai Dimi sebagai housekeeper. Garda mati-matian meyakinkan Dimi bahwa ia dan Donna tidak menjalin hubungan. Dimi pun menerima semua ini dan bersikap seolah semua ini tidak terjadi. Padahal hatinya sakit, karena sejak awal ia sudah mencintai Garda. Tapi Dimi tak ingin mengecewakan orangtuanya. Dimi tetap mempertahankan hubungannya dengan Garda agar terlihat normal dimata orangtuanya. Puncaknya Donna melabrak Dimi dan mengatai diri Dimi sebagai perebut pacar orang. Hancur sudah pertahanannya selama ini. Dimi lalu meminta Garda untuk menceraikannya.
Sejak kepergian Dimi, Garda merasa ada sesuatu yang hilang. Garda mulai merindukan sosok Dimi yang manis. Kenyataan bahwa Rio, adiknya yang telah kembali dari luar negeri ternyata menyukai Dimi membuat hati Garda terasa tercabik. Bahkan Rio lebih mengerti kebiasaan Dimi (seperti menyukai air dingin) dibandingkan dirinya. Hingga suatu hari Rio mengatakan bahwa Dimi menghilang saat meliput di hutan Riau. Garda mulai menyadari sesuatu yang terpenting dalam dirinya, bahwa keinginannya mempertahankan Dimi melebihi obsesinya terhadap jabatan di perusahaan...
Melihatmu tersenyum dan merasa nyaman bersamaku... ternyata sangat indah. Aku akan selalu memperjuangkanmu... memperjuangkan cinta kita... agar tetap langgeng... (hal 378)
Aku tak ingin lagi menginginkan kursi Papa... sebesar aku menginginkanmu. Percuma saja aku eksis di bisnis kalau aku tak eksis di matamu. Jangan pergi lagi ya, Dim.. (hal 379)
Oh tuhan, aku suka sekali dengan dua quote diatas yang sekaligus sebagai paragraf terkahir novel ini. Garda!!!!! Aku benci sekali dengan cowok itu dari awal cerita sampai menjelang akhir cerita. Dari mulai pendapat Garda tentang Dimi yang biasa aja, kemudian asyik memanjakan Donna dengan shopping dadakan sementara Dimi dengan setia menunggu di rumah, sampai lebih memilih mengantar Donna pulang daripada mengurus luka Dimi yang babak belur karena ulah Donna! Shitttt man!!!! Untunglah halaman-halaman terakhir menjungkir-balikan semua rasa benci ku. Nggak semua sih, hanya setengahnya. Karena menurutku perilaku Garda sangat kelewatan batas.
Oke, lanjut! Kalo dari segi cara bercerita, novel ini aman-aman aja. Aku emang nggak meragukan cara penulisan Retni SB setelah membaca Cinta Paket Hemat. Tapi waktu adegan Garda dan Rio terbang ke Riau untuk menyelamatkan Dimi, sangat membosankan sekali. Pencapaian klimaks terlalu alot. Jadi jangan terkejut kalo banyak pembaca yang men-skip adegan tersebut. Kalo dari segi chemistry, menurutku kurang greget. Entahlah. Rasanya ragu untuk percaya bahwa Garda mencintai Dimi. Lagi-lagi, untung karena dua quote diatas, aku menjadi yakin terhadap Garda. Dan aku juga salut sama tokoh Dimi yang sabar banget dan nggak mau menghakimi secara sepihak. Oh ya, cover novel ini mirip dengan cover I Hate Rich Man. Mau nggak mau aku jadi ngebandingin. Dan nampaknya kedua novel ini punya ciri khas tersendiri.
Terakhir. Selesai membaca novel ini aku masih bertanya-tanya dan kemungkinan pertanyaanku nggak akan terjawab untuk selamanya.
1. Darimana Rio bisa tau bahwa Dimi tiba-tiba menghilang? Apakah pihak TV yang memberikan infonya? Atau bagaimana?
2. Apakah Dimi tau alasan sebenarnya Garda menyetujui perjodohan ini karena mengincar jabatan?
3. Apa alasan Donna kembali ke Indonesia sampai-sampai orangtuanya sendiri tidak mengetahui kedatangannya?
Yeah, pantesnya penulis memperpanjang jumlah halaman untuk memperjelas pertanyaan diatas. Percuma baca tebel-tebel kalo masih ada hal-hal yang belum dijelaskan secara tuntas. Well, selain pertanyaan diatas, konflik dalam novel ini kurang tajem. Donna, Rio, bahkan Edgar bukan rival yang menakutkan... (rai-ina)
2 komentar:
Ceritanya bgs..bs dpt dimana yak novelnya?
Gramedia atau togamas...
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini.
Setelah membaca mohon tinggalkan pesan pada kolom komentar.
Salam. ^^