Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 312 halaman
Tebal : 312 halaman
Terbit : September 2012
Rating : 5/5
File 1 : Kasus penusukan siswa-siswi SMA Harapan Nusantara.
Tertuduh : Erika Guruh, dikenal juga dengan julukan si Omen. Berhubung tertuduh memang punya tampang seram, sifat nyolot, dan reputasi jelek, tidak ada yang ragu dialah pelakunya. Tambahan lagi, ditemukan bukti-bukti yang mengarah padanya.
Fakta-fakta : Bukan rahasia lagi tertuduh dan korban saling membenci. Perselisihan keduanya semakin tajam saat timbul spekulasi bahwa tertuduh ingin merebut pacar korban. Tidak heran saat korban ditemukan nyaris tewas di proyek pembangunan, kecurigaan langsung tertuju pada tertuduh. Masalah tambah pelik, karena sewaktu disuruh mendekam di rumah oleh pihak kepolisian, tertuduh malah kabur dengan tukang ojek langganannya yang bergaya preman. Akibatnya, tertuduh terpojok. Tertuduh juga orang pertama yang tiba di TKP korban-korban berikutnya.
Misiku : Membuktikan tertuduh tidak bersalah dan menemukan pelaku kejahatan yang sebenarnya.
Penyidik Utama,
Valeria Guntur
Tertuduh : Erika Guruh, dikenal juga dengan julukan si Omen. Berhubung tertuduh memang punya tampang seram, sifat nyolot, dan reputasi jelek, tidak ada yang ragu dialah pelakunya. Tambahan lagi, ditemukan bukti-bukti yang mengarah padanya.
Fakta-fakta : Bukan rahasia lagi tertuduh dan korban saling membenci. Perselisihan keduanya semakin tajam saat timbul spekulasi bahwa tertuduh ingin merebut pacar korban. Tidak heran saat korban ditemukan nyaris tewas di proyek pembangunan, kecurigaan langsung tertuju pada tertuduh. Masalah tambah pelik, karena sewaktu disuruh mendekam di rumah oleh pihak kepolisian, tertuduh malah kabur dengan tukang ojek langganannya yang bergaya preman. Akibatnya, tertuduh terpojok. Tertuduh juga orang pertama yang tiba di TKP korban-korban berikutnya.
Misiku : Membuktikan tertuduh tidak bersalah dan menemukan pelaku kejahatan yang sebenarnya.
Penyidik Utama,
Valeria Guntur
Sinopsis :
Erika dan Eliza merupakan saudara kembar namun memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Erika--si kakak yang lahir lima menit lebih awal, mempunyai penampilan urakan (secara rambutnya dipotong kayak cowok, belum lagi baju yang nggak pernah disetrika), suka telat, rajin bolos, hobi melanggar aturan sekolah dan berbagai hal yang membuat dirinya dicap "bermasalah" hingga membuatnya dibenci hampir seluruh sekolah. Berbeda dengan Erika, Eliza adalah murid populer di sekolahnnya dan merupakan idola satu sekolah.
Kedua kakak beradik ini tidak pernah akur walaupun mereka satu sekolah. Parahnya, orang tua mereka hanya menyayangi Eliza sementara Erika dipandang sebelah mata. Sejak kecil Erika dijuluki Omen oleh keluarganya, yang berarti pertanda (maksudnya anak yang memiliki sifat yang kejam dan sadis, untuk lebih jelas silahkan baca sendiri :D). Penyebabnya karena daya ingat fotografis yang dimiliki Erika --yaitu kemampuan untuk mengingat semua yang sudah dilihat-- sehingga membuat dirinya berbeda dengan orang lain.
Cerita dimulai ketika suatu hari foto Erika bersama Ferly terpampang di mading sekolah. Praktis satu sekolah dibuat heboh karena Ferly merupakan pacar Eliza. Semua menuduh Erika merebut pacar adiknya sendiri. Untuk meredakan gosip, Ferly meminta Erika menjaga jarak kepadanya. Erika pun mengiyakan walau sebenarnya hatinya sakit karena ia menyukai Ferly sejak dulu. Dan yang lebih menyakitkan, kenyataan bahwa Eliza yang berada dibalik kejadian ini semakin membuat Erika membenci adiknya tersebut. Hingga sering kali niat untuk membunuh Eliza muncul di benaknya.
Namun sesuatu yang aneh terjadi selang beberapa hari kemudian, tepatnya usai pesta Martinus. Hingga tengah malam, Eliza belum pulang ke rumah. Dibawah ancaman Ibunya, Erika dengan terpaksa mencari adiknya yang menyebalkan itu dibantu si Ojek. Si Ojek merupakan nama panggilan Erika terhadap tukang ojek langganannya yang-siap-datang-kapan-saja-nggak-peduli-jam-berapa. (Tolong jangan berharap bahwa si Ojek adalah bapak-bapak berkumis yang membawa motor bebek. Tapi si Ojek disini adalah cowok berumur 20-an yang berpenampilan keren dan membawa motor ninja ^_^. Kapan lagi coba ada tukang ojek kayak gitu).
Setelah mencari sekian lama, keberadaan Eliza belum juga ditemukan. Sampai suatu ketika Erika dan si Ojek tak sengaja melewati sebuah proyek pembuatan rumah yang belum jadi. Disanalah mimpi buruk Erika berawal. Ia menemukan Eliza yang tak sadarkan diri. Tubuh Eliza berlumuran darah, rambutnya nyaris terbabat habis, dan empat buah pisau tertancap diatas tubuhnya.... Dan mimpi buruk itu pun berlanjut ketika Erika kembali menemukan dua orang yang dikenalnya tak sadarkan diri, persis seperti adiknya.
Gimana nasib Erika ketika semua bukti-bukti mengarah padanya, hingga mencurigainya sebagai pelaku dari kasus ini? Mungkinkah tanpa sadar ia yang melakukan semua ini dibawah kendali hipnotis saat karya wisata kapan lalu?
Gaya penulisan Kak Lexie juga enak banget. Ringan seolah-olah tema yang diambil dalam novel ini nggak mystery-thriller. Jadi nggak bikin puyeng baca novel ini. Apalagi diselipin cerita Erika sama si Ojek yang selalu bikin senyam senyum sendiri. Ya ampun!!! Chemistry mereka berdua dapet banget, walaupun nggak ada dialog-dialog gombal diantara mereka. Aku dari awal udah curiga sama si Jek ini. Nggak biasanya ada tukang ojek kayak begini. Dan ternyata beneran. Identitas asli si Ojek sukses bikin aku klepek-klepek.
Cuma yang aku sayangkan, banyak banget pertanyaan yang muncul selesai aku nuntasin novel ini. Pertama, gimana kronologi pertemuan si Ojek sama Erika ampe ngebuat si Ojek jadi tukang ojek pribadi Erika. Masa penjelasannya cuma dua dialog? Kedua, peran Valeria Guntur sebagai penyidik utama dibelakang sampul mana?? Aku kira dia yang jadi tokoh utama dalam novel ini. Atau paling nggak jadi salah satu tokoh penting dalam mengungkap kasus ini. Nggak taunya... Emang nih review belakang sampul kadang menipu.
Ketiga, serius nih ada orangtua yang jahatnya minta ampun kayak orangtua Erika dan Eliza ini? Eliza mati-matian disayang, coba giliran Erika mati-matian deh dibenci. Apalagi waktu di rumah sakit. Kok tega banget Ibunya bilang mendingan Erika yang mati dari pada Eliza. Heloo!! Mereka berdua lho anak kembar. Masa bisa pilih kasih kayak gitu.
Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang mungkin aja nggak penting (tapi menurutku penting banget) mengenai novel ini. Tapi nggak aku ceritain gara-gara takut ngetiknya kepanjangan, ntar malah bikin bosen. Oke, terlepas dari nilai minus novel ini, secara keseluruhan cerita ini emang bagus banget. Yah.. biarpun ini adalah novel Lexie Xu yang pertama aku baca (Ratu Preman nggak termasuk, karena genre-nya tentang percintaan bukan misteri), tapi udah cukup ngebuat aku menjadikan beliau sebagai salah satu penulis favoritku. (rai-ina)
PS : Sampai sekarang aku belum baca karya Lexie Xu yang terdahulu yaitu Johan Series, karena takut nggak mampu ngikutin serial tersebut. Oke, fine. Sebenernya aku nggak mau dibuat frustasi nungguin kelanjutan cerita dari sebuah novel, yang intinya kita nggak tau kapan sekuel novel itu terbit. Kayak Esti Kinasih "Jingga dan Senja" udah cukup bikin aku frustasi ngikutinnya karena kelanjutannya yaitu"Jingga untuk Matahari" nggak keluar-keluar sampai saat ini. Oke, emang sih serial Johan Series udah terbit semuanya. Tapi kan tetep aja. Dan parahnya... Melalui blog resmi Kak Lexie, novel Omen ini katanya mau dibuatin sekuelnya, dan nggak menutup kemungkinan untuk dibuatin serialnya. Mati aku!!!
Kedua kakak beradik ini tidak pernah akur walaupun mereka satu sekolah. Parahnya, orang tua mereka hanya menyayangi Eliza sementara Erika dipandang sebelah mata. Sejak kecil Erika dijuluki Omen oleh keluarganya, yang berarti pertanda (maksudnya anak yang memiliki sifat yang kejam dan sadis, untuk lebih jelas silahkan baca sendiri :D). Penyebabnya karena daya ingat fotografis yang dimiliki Erika --yaitu kemampuan untuk mengingat semua yang sudah dilihat-- sehingga membuat dirinya berbeda dengan orang lain.
Cerita dimulai ketika suatu hari foto Erika bersama Ferly terpampang di mading sekolah. Praktis satu sekolah dibuat heboh karena Ferly merupakan pacar Eliza. Semua menuduh Erika merebut pacar adiknya sendiri. Untuk meredakan gosip, Ferly meminta Erika menjaga jarak kepadanya. Erika pun mengiyakan walau sebenarnya hatinya sakit karena ia menyukai Ferly sejak dulu. Dan yang lebih menyakitkan, kenyataan bahwa Eliza yang berada dibalik kejadian ini semakin membuat Erika membenci adiknya tersebut. Hingga sering kali niat untuk membunuh Eliza muncul di benaknya.
Namun sesuatu yang aneh terjadi selang beberapa hari kemudian, tepatnya usai pesta Martinus. Hingga tengah malam, Eliza belum pulang ke rumah. Dibawah ancaman Ibunya, Erika dengan terpaksa mencari adiknya yang menyebalkan itu dibantu si Ojek. Si Ojek merupakan nama panggilan Erika terhadap tukang ojek langganannya yang-siap-datang-kapan-saja-nggak-peduli-jam-berapa. (Tolong jangan berharap bahwa si Ojek adalah bapak-bapak berkumis yang membawa motor bebek. Tapi si Ojek disini adalah cowok berumur 20-an yang berpenampilan keren dan membawa motor ninja ^_^. Kapan lagi coba ada tukang ojek kayak gitu).
Setelah mencari sekian lama, keberadaan Eliza belum juga ditemukan. Sampai suatu ketika Erika dan si Ojek tak sengaja melewati sebuah proyek pembuatan rumah yang belum jadi. Disanalah mimpi buruk Erika berawal. Ia menemukan Eliza yang tak sadarkan diri. Tubuh Eliza berlumuran darah, rambutnya nyaris terbabat habis, dan empat buah pisau tertancap diatas tubuhnya.... Dan mimpi buruk itu pun berlanjut ketika Erika kembali menemukan dua orang yang dikenalnya tak sadarkan diri, persis seperti adiknya.
Gimana nasib Erika ketika semua bukti-bukti mengarah padanya, hingga mencurigainya sebagai pelaku dari kasus ini? Mungkinkah tanpa sadar ia yang melakukan semua ini dibawah kendali hipnotis saat karya wisata kapan lalu?
"Untuk semua perasaan yang menyenangkan itu, aku berutang pada si Ojek. Selamanya." (halaman 201)
***
Waow... Novel ini baguuuuus bangeeet. Walaupun genre-nya beda dari kebanyakan novel teenlit lainnya. Tapi tetep aja novel ini termasuk novel yang aku REKOMENDASIKAN untuk segera dibaca. Titik. Kenapa? Karena ceritanya nggak ketebak dan bikin penasaran. (Buktinya aku begadang ampe jam setengah empat dini hari buat nuntasin novel ini. Untung pasa itu malam tahun baru. :D) Dan endingnya, aku sama sekali nggak kepikiran kalo 'dia' adalah pelakunya. Aku malah nebak-nebak yang lain tapi ternyata dugaan ku salah semua. Capek deh..Gaya penulisan Kak Lexie juga enak banget. Ringan seolah-olah tema yang diambil dalam novel ini nggak mystery-thriller. Jadi nggak bikin puyeng baca novel ini. Apalagi diselipin cerita Erika sama si Ojek yang selalu bikin senyam senyum sendiri. Ya ampun!!! Chemistry mereka berdua dapet banget, walaupun nggak ada dialog-dialog gombal diantara mereka. Aku dari awal udah curiga sama si Jek ini. Nggak biasanya ada tukang ojek kayak begini. Dan ternyata beneran. Identitas asli si Ojek sukses bikin aku klepek-klepek.
Cuma yang aku sayangkan, banyak banget pertanyaan yang muncul selesai aku nuntasin novel ini. Pertama, gimana kronologi pertemuan si Ojek sama Erika ampe ngebuat si Ojek jadi tukang ojek pribadi Erika. Masa penjelasannya cuma dua dialog? Kedua, peran Valeria Guntur sebagai penyidik utama dibelakang sampul mana?? Aku kira dia yang jadi tokoh utama dalam novel ini. Atau paling nggak jadi salah satu tokoh penting dalam mengungkap kasus ini. Nggak taunya... Emang nih review belakang sampul kadang menipu.
Ketiga, serius nih ada orangtua yang jahatnya minta ampun kayak orangtua Erika dan Eliza ini? Eliza mati-matian disayang, coba giliran Erika mati-matian deh dibenci. Apalagi waktu di rumah sakit. Kok tega banget Ibunya bilang mendingan Erika yang mati dari pada Eliza. Heloo!! Mereka berdua lho anak kembar. Masa bisa pilih kasih kayak gitu.
Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang mungkin aja nggak penting (tapi menurutku penting banget) mengenai novel ini. Tapi nggak aku ceritain gara-gara takut ngetiknya kepanjangan, ntar malah bikin bosen. Oke, terlepas dari nilai minus novel ini, secara keseluruhan cerita ini emang bagus banget. Yah.. biarpun ini adalah novel Lexie Xu yang pertama aku baca (Ratu Preman nggak termasuk, karena genre-nya tentang percintaan bukan misteri), tapi udah cukup ngebuat aku menjadikan beliau sebagai salah satu penulis favoritku. (rai-ina)
PS : Sampai sekarang aku belum baca karya Lexie Xu yang terdahulu yaitu Johan Series, karena takut nggak mampu ngikutin serial tersebut. Oke, fine. Sebenernya aku nggak mau dibuat frustasi nungguin kelanjutan cerita dari sebuah novel, yang intinya kita nggak tau kapan sekuel novel itu terbit. Kayak Esti Kinasih "Jingga dan Senja" udah cukup bikin aku frustasi ngikutinnya karena kelanjutannya yaitu"Jingga untuk Matahari" nggak keluar-keluar sampai saat ini. Oke, emang sih serial Johan Series udah terbit semuanya. Tapi kan tetep aja. Dan parahnya... Melalui blog resmi Kak Lexie, novel Omen ini katanya mau dibuatin sekuelnya, dan nggak menutup kemungkinan untuk dibuatin serialnya. Mati aku!!!
4 komentar:
kayakny bagus ceritanya
emang bagus kok, seperti membaca detektif conan, kita selalu diajak menebak-nebak siapa pelakunya..
novelnya memang bagus banget,apalagi novel johan seriesnya top deh
satu lagi,setuju banget perannya si valeria yg sbg penyelidiknya mana??huh covernya salah tuh!
Setuju... Kadang tampilan luar belum tentu menceritakan isi yang sebenernya. Tapi over all, aku puas sama novel ini. Ada vik sih... :D
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini.
Setelah membaca mohon tinggalkan pesan pada kolom komentar.
Salam. ^^