Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 224 halaman
Terbit : Agustus 2010
Rating : 3/5
Oh my gosh! Apa ini real? Ocha menemukan sebuah diari ajaib yang bisa membuat semua cowok jatuh cinta padanya! Caranya juga gampang. Tinggal tulis nama cowok itu dan berkata "Cintakadabra!", maka cowok itu akan jatuh cinta pada dirinya.
Ocha ingin seperti Tiffanie, cewek yang disukai banyak cowok. Semua cowok di sekolah, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12, pasti langsung tergila-gila melihat Tiffanie. Bahkan Roy, anak kelas 12 yang Ocha kagumi juga kelihatannya suka pada Tiffanie. Huh!
Tapi sejak memiliki diari ajaib ini, hidup Ocha langsung berubah 180 derajat. Ocha merasa melayang di atas awan. Tapi ternyata diari ajaib itu malah bikin kekacauan! Apalagi saat rahasia Ocha ketahuan oleh Billy, cowok yang suka mengisengi Ocha.
Apa yang harus Ocha lakukan ketika diari ajaibnya hilang dan jatuh ke tangan Tiffanie? Benarkah Ocha jadi lebih bahagia ditaksir cowok-cowok? Dan apa keputusan Ocha saat mantra "Cintakadabra!" itu berubah dari mantra pembawa cinta menjadi mantra pembawa kebencian...?
Sinopsis :
Ocha adalah cewek SMA yang perpenampilan biasa dan berkepribadian biasa. Setidaknya itu menurut Ocha sendiri. Rambut bob serta postur tubuhnya yang munggil, sangat bertolak belakang dengan teman sekelasnya yang bernama Tiffanie. Gimana nggak, kalo dibandingin dengan Tiffanie yang idola satu sekolah, jelas Ocha kalah jauh. Tifannie memiliki paras yang cantik, tajir, pintar, ramah, tidak sombong dan yang pasti banyak yang naksir. Benar-benar kriteria cewek idaman semua cowok. Pokoknya Tiffanie itu populer banget! Bahkan saking populernya, cowok yang ditaksir Ocha semuanya pada naksir Tifannie. Termasuk Roy, kakak kelas yang menjadi inceran Ocha baru-baru ini. Kesel....
Bagaimana mungkin Ocha menyaingi Tiffanie sementara ia hanya cewek standar yang berada di level rata-rata. Dengan kata lain, ada tidaknya Ocha di kelas tidak berpengaruh bagi orang lain. Kecuali Bunga, mungkin... Bunga adalah teman sebangkunya sekaligus sahabat baiknya. Bunga juga memiliki ciri-ciri serupa dengan Ocha. Tidak menarik dan tidak begitu penting untuk diperhatikan. Sama dengan Ocha juga, cowok yang ditaksir Bunga yaitu Kak Robin juga naksir Tiffanie. Eaaaa, lengkap sudah kemalangan Ocha di bangku SMA. Belum lagi kemalangannya yang selalu menjadi bahan ledekan Billy--teman sekelas Ocha. Billy selalu menyebut Ocha dengan sebutan 'cokelat kismis'. Kenapa cokelat kismis? Karena di pipi kiri Ocha terdapat tahi lalat yang berukuran cukup besar dan berwarna hitam pekat.
Hingga suatu hari, saat dirinya hendak pulang, Ocha tak sengaja melihat gerobak tua yang menjual barang-barang antik. Ibu-ibu yang menjual barang antik tersebut memberikan Ocha sebuah diari cinta. Cara kerja diari cinta cukup mudah. Kamu tinggal menulis nama cowok yang kamu taksir pada diari tersebut (mirip death note lah) lalu ucapkan mantra cintakadabra! Dan keesokan harinya cowok itu akan jatuh cinta setengah mati padamu. Keajaiban ini hanya berlaku sebelum matahari terbenam. Jika matahari sudah terbenam rasa cinta itu akan memudar.
Ocha yang amat-sangat-ingin merasakan ditaksir cowok, memutuskan untuk menulis nama Billy di hari pertamanya membuktikan keajaiban diari cinta. Dan cringgg!!! Besoknya Billy menyatakan cinta kepada Ocha. Puas dengan Billy, Ocha memutuskan menulis nama Roy. Dan cringgg!!! Roy pun jatuh cinta setengah mati dengan Ocha. Rupanya Ocha tak ingin menikmati keajaiban ini sendiri. Maka Ocha pun membantu Bunga agar mendapatkan Kak Robin. Dan cringgg!!! Kak Robin mendadak cinta kepada Bunga.
Lalu apa yang terjadi? Satu sekolah dibuat gempar karena dua cewek di level rata-rata seketika menjadi populer di kalangan cowok. Tiffanie yang merasa tempatnya direbut memutuskan untuk mematai-matai Ocha. Dan cringg!!! Ocha dibuat panik karena diari cintanya yang mendadak hilang. Mampukah Ocha menemukan diari itu lagi dan melenyapkannya? Rupanya diari cinta itu membawa malapetaka. Mantra cinta yang ditimbulkan tidak kunjung menghilang, padahal matahari sudah terbenam. Haha, Ocha pusing setengah mati....
Aishhh. Awalnya aku tertarik banget sama novel ini gara-gara review belakang sampulnya yang dikemas begitu menarik. Aku bahkan berharap menemukan percikan chemistry ala teenlit di tokoh Ocha dan Billy. Tapi apa yang terjadi? Setelah membacanya, aku langsung geleng-geleng kepala. Rupanya aku menaruh harapan terlalu tinggi. Teenlit banget ceritanya!!! Asli deh. Beda jauh dengan karya Kak Poppy sebelumnya, Im a Beautiful Nerd. Padahal sama-sama teenlit. Mungkin karena novel ini ceritanya anak SMA kali ya...
Masalah ending, ya ampun tuhan... Garing banget. Oke lah di beberapa novel, ending yang kayak gini *spoiler* sangat ampuh untuk membuat pembaca kecewa tapi setidaknya masih membekas diingatan. Lha yang ini? Endingnya maksa banget dan rada-rada konyol (aduuh, maafkan perkataanku yang kurang sopan). Belum lagi pengulang bagian isi cerita di prolog. Bener-bener bikin frustasi. Bosen bacanya, udah capek-capek baca di prolog eh di tengah cerita harus baca adegan ini lagi-ini lagi... Okelah kalo di karya Ilana Tan, Winter In Tokyo, bagian prolog juga mengulang isi cerita. Tapi itu kan cuma secuil. Sedangkan yang ini segambreng!
Oh ya, aku juga nggak sreg dengan kata "Oh my gosh!" yang terlalu sering digunakan. Dikit-dikit oh my gosh. Ketemu hal mengejutkan oh my gosh juga. Mungkin niatnya pengen ngebuat ciri khas karakter Ocha, tapi makin kesini kok makin alay ya? Dan satu lagi, kemunculan Miss Lina selaku guru bahasa Inggris yang rada-rada nggak enak buat dibaca. Emang nggak ada guru lain selain Miss Lina? Emang sekolah Ocha cuma dapet Bahasa Inggris? Abisnya settingnya selaluuuu di kelas dan pelajarannya selaluuuu aja English. Parah deh pokoknya. Belum lagi dialog Miss Lina yang sangat-amat-tidak mencerminkan guru English. Rupanya sang penulis belum menguasai tapi sudah berani turun ke lapangan. Ups. :D
Terlepas dari kekurangannya, aku tetap merekomendasikan novel ini kepada remaja-remaja--yang masih labil khususnya--untuk segera membaca novel ini. Karena apa? Pesan moral yang terkandung dalam novel ini sangat mendidik. Gimana kita harus bersyukur dengan segala yang kita miliki. Setiap orang pasti punya kelebihan, cuma kitanya aja yang nggak mau nyari tau apa kelebihan itu. Malah terkadang, kita buru-buru mencap diri kita sebagai cewek biasa yang nggak punya apa-apa untuk dibanggain. Padahal sebenernya ada lho...
Kalo dipikir-pikir, nilai lebih novel ini terletak pada penggambaran setiap karakternya. Apalagi tokoh utama disini sangat mirip dengan kebanyaka remaja di dunia nyata, yang selalu menganggap dirinya kurang. Jarang-jarang lho ada novel yang tokoh utamanya dibuat nggak sempurna dan nggak menyenangkan. Biasanya tokoh utama di suatu novel selalu dibuat charming, sehingga istilah "cewek sempurna cuma ada di film-film romantis dan novel teenlit" selalu melekat malah nggak bakal hilang.
Kalau boleh jujur, aku lumayan menikmati novel teenlit ini. Buktinya bisa kelar bacanya. Sementara ada dua daftar novel teenlit yang masih berpredikat 'stuck' (Ketika Elang Mencintai Dara, 8..9..10.. Udah Belom?) dan entah kapan aku bisa selesai membacanya. Mungkin karena usia ku yang udah bertambah dan sedikit lagi bakal meninggalkan bangku SMA, jadinya aku rada lelah membaca novel beginian. Tapi untuk teenlit karangan Esti Kinasih, Evline Kartika, Lexie Xu, dll, itu ada pengecualian. Karya mereka pasti kutunggu kok. Tunggu... Rasanya ada yang aneh... Ternyata suatu novel dikatakan bagus tergantung kepada gaya bercerita si penulis dan ide ceritanya ya. Bukan karena teenlit atau tidak. Hehe (rai-ina)
1 komentar:
Menurut saya sinopsis yang ada di sini terlalu banyak dan susah di pahami
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke blog ini.
Setelah membaca mohon tinggalkan pesan pada kolom komentar.
Salam. ^^