Rabu, 11 September 2013


Penulis : Lexie Xu
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 288 halaman
Terbit : November 2011
Rating : 5/5

Yo, namaku Tony Senjakala dan hidupku saat ini bagaikan sederetan mimpi buruk.

Sebuah e-mail dari teman lamaku—tentang kejadian-kejadian misterius di rumahnya—terus mengusik pikiranku. Namun aku berusaha melupakannya karena sudah tidak sabar lagi untuk berlibur dengan Jenny, pacarku yang manis banget. 

Tak disangka, tiba-tiba muncullah seseorang yang sangat tidak ingin kujumpai, namun terus saja menghantui kehidupanku. Tidak ingin orang ini membahayakan Jenny, aku terpaksa melupakan liburan impianku, mengadakan kamp latihan judo dadakan, dan menginap di rumah misterius yang konon menimbulkan nasib buruk bagi para penghuninya.

Celakanya, Markus, sobatku, malah menjalin hubungan mesra dan menjijikkan dengan si oknum ini, tidak peduli betapa uring-uringan aku dibuatnya, tidak peduli kami terkurung di penginapan menyeramkan, tidak peduli satu demi satu anggota klub judo mulai lenyap.

Bersama pasangan yang tidak serasi inilah aku harus membongkar semua kejadian aneh ini. Apa sih sebenarnya yang terjadi di penginapan ini? Apakah ada kaitannya dengan hantu legenda si Kakak yang menginginkan teman dan si Adik yang menginginkan pembalasan dendam?

Ataukah ada permainan yang lebih mengerikan daripada yang kami duga?





Sinopsis :
Tony terpaksa membatalkan liburannya ke Singapura bersama Jenny. Padahal ia sudah lama mengimpikan berlibur bareng pacarnya yang manis itu. Tapi di luar dugaan, si nenek lampir tiba-tiba datang merebut semua kebahagiannya seperti Voldemort di Harry Potter. Bingung siapa nenek lampir itu? Si nenek lampir tak lain dan tak bukan adalah Tory Senjakala, kakak Tony yang kuliah di University of British Columbia. Tony menyembunyikan keberadaan kakaknya itu dari teman-temannya dan juga pada Jenny. Hanya Markus yang mengetahui rahasia ini mengingat ia dan Markus sudah berteman sejak kecil. 

Baginya, Tory merupakan kakak perempuan yang jauh dari kata normal dan patut dihindari. Sifat Tory yang suka berkuasa--cenderung garang kalau untuk ukuran cewek--dan suka memerintah, nyaris membuat Tony menghabiskan masa kecilnya dengan trauma. Tapi syukurnya orang tua Tony memutuskan untuk menyekolah Tory ke asrama khusus perempuan lalu melanjutkan ke luar negeri. Kalau pun si nenek lampir sedang liburan, Tony dengan sigap akan berlibur ke luar sebelum kakaknya itu menginjakan kakinya di rumah. Singkatnya, kemana saja yang penting tidak membuat ia bertemu dengan nenek lampir itu.

Keberadaan si nenek lampir yang pulang lebih awal dan tanpa ada konfirmasi terlebih dalulu, membuat Tony memutar otak agar si nenek lampir tidak bertemu dengan Jenny. Bersama Hanny saja--yang garangnya tidak separah Tory, Jenny sudah seperti pelayan karena mau melakukan apa yang diminta Hanny. Bagaimana kalau Tory mengenal Jenny? Bisa-bisa pacar manisnya itu disiksa oleh nenek lampir mengingat sifat Jenny yang memang polos. Satu-satunya jalan keluar dari permasalahan ini adalah membawa si nenek lampir pergi bersamanya menuju Pontianak untuk menjalani kamp Judo. Tentu bukan hanya berdua, Markus dan Klub Judo yang dipimpin Tony juga ikut serta dalam perjalanan jauh ini.

Sebenarnya ada tujuan di balik keberangkatan mereka menuju kawasan terpencil itu. Beberapa waktu lalu Tony mendapat sebuah e-mail dari Ailina, teman SMP-nya yang kini menetap di Pontianak karena keluarganya mendadak bangkrut. Ailina meminta Tony untuk menyelidiki penginapan tua milik keluargnya. Menurut Ailina sejak penginapan itu dibeli, keluarganya mendadak sial. Ayahnya diserempet sepeda motor, Ibunya yang dirampok lalu ditusuk, dan kakak laki-lakinya, Nardi, divonis menderita kanker darah stadium 4.

Dengan alasan menolong teman yang sedang susah, Tony pun menyanggupi permintaaan Ailina. Di luar dugaan, penginapan keluarga Ailina luar-biasa-amat-sangat-mengerikan dan menyeramkan. Penginapaan ini merupakan gedung berlantai 4 yang sudah reyot dimakan usia bahkan nyaris habis dilahap rayap. Setiap melangkah, suara decit tangga akan menemani persis seperti film horor. 

Lokasi penginapan juga jauh dari keramain warga sekitar. Di sekitar penginapan hanya terdapat perkebunan Jeruk yang luas. Dan tepat di belakang penginapan, Sungai Kapuas terhampar lengkap dengan buaya-buaya ganasnya. Praktis tidak ada sinyal telepon di tempat ini. Satu-satunya akses pengubung penginapan ini dengan dunia luar adalah sebuah jempatan yang sudah rapuh.

Belum sempat Tony memulai penyelidikannya, hal mengejutkan terjadi. Adik Ailina yaitu Celina tiba-tiba jatuh dari tangga hingga menyebabkan patah tulang dan gegar otak ringan. Yang lebih mengejutkan, Tony melihat si nenek lampir berada di samping Celina sebelum gadis tersebut jatuh terguling-guling di tangga. Tapi ia percaya kakaknya tak melakukan hal itu. Tory memang kelewat jahil tapi kakaknya bukanlah orang yang jahat. Ia yakin ada sesuatu yang tidak beres dalam penginapan ini.

Setelah kepergian Ailina yang ingin mendampingi adiknya di rumah sakit, Tony memutuskan untuk memulangkan anggota Klub Judo ke Jakarta. Tapi hanya 5 orang yang bersedia pulang : Jay, Aldi, Aldo, Agus, dan Martin. Tony pun mengantar anak didiknya ke bandara. Tapi saat melewati jembatan tiba-tiba jembatan penghubung itu roboh hingga menyebabkan mobil pick-up yang mereka tumpangi tenggelam. Syukurnya nyawa mereka dan si supir, Bang Asat selamat. Dengan hancurnya jembatan, mereka terperangkap dalam penginapan tua itu. Satu-satunya harapan adalah menunggu bantuan dari para pekerja yang biasa memetik jeruk di perkebunan.

Tapi keesokan harinya hingga beberapa hari kemudian, tak ada tanda-tanda kedatangan para pekerja. Sementara persedian makanan mereka mulai menipis. Tony dan yang lain mulai yakin ada suatu rencana yang mengerikan dalam penginapan ini. Kemudian satu persatu dari anggota Klub Judo mulai menghilang tanpa jejak. Dan yang menghilang adalah orang-orang yang berniat pulang ke Jakarta. Apa yang sebenarnya terjadi? Mungkinkah penyebab menghilangnya anggota Klub Judo karena ulah "si kakak" yang penasaran seperti cerita horor di penginapan ini?


***

Astaga, novel ini bener-bener menyuguhkan sebuah permainan maut. Dari dua novel sebelumnya, menurutku novel ini yang paling rapi mengatur rangkaian kejadian mengerikan dan luar biasa nggak ketebak. Penginapan terpencil, nggak ada sinyal, jauh dari keramaian, jempatan roboh, persedian makanan habis, di belakangnya ada Sungai Kapuas beserta para buaya-buaya lapar. Kurang apalagi tuh? 

Dari pertengahan novel aku udah mulai curiga sama si tokoh Ailina dan Celina. Apa lagi waktu di rumah sakit. Udah ketahuan si Ailina dan dokter pada main mata, artinya ada sesuatu nih. Dan ternyata bener. Nggak nyangka ada ruang bawah tanah di penginapan itu dan ada terowongan di bawah sungai yang tepat berada di bawah jembatan. Ritual yang diadain kakak Ailina buat menghilangkan penyakitnya juga sukses membuat aku bengong beberapa detik. Minum darah 3 mangkok dari 6 orang berbeda? Yakin nih? Di jaman semodern kayak gini masih aja ada yang percaya. Tapi mengingat yang ngasi info si Johan, nggak heran sih.

Oh ya, dalam novel ini sudut pandang dibagi jadi 3 : Tony, Markus, dan Tory. Biarpun banyak sudut pandang tapi gaya cerita Lexie Xu itu lho, mengasyikan banget. Nggak bosen buat menyelami pikiran para tokoh utama. Dari sudut pandang inilah kita tau bahwa Tony begitu sayang sama kakaknya, Markus diam-diam suka sama kakak sahabatnya dari kecil, dan Tory begitu kesepian karena semua orang menjauhinya bahkan adiknya sendiri.

Aku paling suka pas bagian Tony terkejut saat tau Johan ada di Singapura. Yep. Tony khawatir banget sama Jenny-nya. Dan akhirnya Tony bisa ketemu Jenny di sekolah (pasca tragedi penutupan MOS itu lho) yang dijelaskan melalui sudut pandang Tory. Kayaknya si nenek lampir setuju sama pasangan yang dipilih adiknya. Hore!! Karena pasangan Jenny-Tony lagi-lagi aku mendepak pasangan Markus-Tory dari list couple favoritku. Emang sih bagian mereka banyak banget romance-nya dan parahnya pas situasi genting pun mereka tetep fokus sama dunia mereka. Tapi chemistry mereka kurang membekas dan kurang greget.

Secara keseluruhan aku puas sama novel ini. Mengesamping kisah cintanya, novel ini paling mantep alias paling menegangkan dibanding seri sebelumnya. Apalagi klimaks endingnya. Astaga, si Johan bisa satu taksi sama si nenek lampir. Semoga aja Tory nggak kenapa-napa.

Cuma aku kurang sreg sama kenyataan Tory yang kuliah di luar negeri dan Markus yang pinter Bahasa Inggris sampe pernah menang pidato se-DKI. Abisnya mereka nggak ada dialog yang menujukan kalau mereka emang jago banget sama bahasa bule. Oke, kalau Markus aku masih terima karena dia tinggal di Indonesia jadi kemungkinan dia lebih suka pakek Bahasa Indo. Tapi kalau Tory? Kuliah di luar negeri jelas sehari-hari pakek English kan. Masa sampe di Indonesia kebiasaan itu langsung lenyap gitu saja? Harusnya selipin beberapa kalimat English pas kedatangan Tory. Biar lebih terasa kalau si Tory baru pulang dari luar negeri. (rai-ina)

1 komentar:

Devika Sari Alwasbd mengatakan...

Aku juga suka banget sama novel itu

Posting Komentar

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini.
Setelah membaca mohon tinggalkan pesan pada kolom komentar.
Salam. ^^

 
Copyright (c) 2010 My Dream is My Life. Design by Wordpress Themes.

Themes Lovers, Download Blogger Templates And Blogger Templates.